Wellspring of Tears
wellspring of my tears, wellspring of sorrow
wellspring of our tears well
spring of our land
here now we stand
singing of our tears
in the fertility of your land
we secret our hurt
in the grand storefronts of your buildings
we seek to hide our suffering
we seek to secret our grief
to bury the pain and sorrow
but hurt can not be hidden
it spreads everywhere
the world does not end at the limits of sight
and a broad sky awaits
that you can not avoid
wherever you trend
you step on our tears
wherever you fly
you alight on our tears
wherever you sail
you cross over our tears
you have been surrounded
and you can not get away,
not ever, no matter where you go
you must surrender to the depth of our tears.
wellspring of my tears, wellspring of sorrow
wellspring of our tears well
spring of our land
here now we stand
singing of our tears
in the fertility of your land
we secret our hurt
in the grand storefronts of your buildings
we seek to hide our suffering
we seek to secret our grief
to bury the pain and sorrow
but hurt can not be hidden
it spreads everywhere
the world does not end at the limits of sight
and a broad sky awaits
that you can not avoid
wherever you trend
you step on our tears
wherever you fly
you alight on our tears
wherever you sail
you cross over our tears
you have been surrounded
and you can not get away,
not ever, no matter where you go
you must surrender to the depth of our tears.
Translated by John H. McGlynn
Tanah Airmata
tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedunggedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan dukalara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak ke manamana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke mana pun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke mana pun terbang
kalian kan hinggap di airmata kami
ke mana pun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman airmata kami
tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami
di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedunggedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan dukalara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak ke manamana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke mana pun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke mana pun terbang
kalian kan hinggap di airmata kami
ke mana pun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman airmata kami
SEARCH
The spread out
Of remnants of fire
Couplets of? clay
The stone’s agony
Ash’s sobs and the sand’s moans
The time’s spittle
The ruins of self
Building’s wrecks
All combined
in the darkness of night
in the blackness of day
I?ve seen the source of fire
For these ashes and heat
Long before the fire
Before the heat and the ashes
Created the spread of
Gloom
I’ve seen
the seeds of the fire within
the fruit of tears
on the fields that were condemned
for the farmers
I told you once
Be aware,
Be not involve in planting
The seeds of fire
Don’t let yourself
Be plucked by aflamed
Fruits
So now
Take a look
at the remnants of the blaze
at the burnt couplets
Of? these blacken clay
at the tongue of the bursting sands
And the muteness of the stones
At the ruins of self
Building pieces
At the broken vases
Of the drowning parks
At the broken bayonets
Inside burning flesh
And burning bones
All that left is only silence
Only the lines of
Broken dreams
Only the versifying dead bodies
Grasping expecting meaning
Silence longing for voice
Waiting for utterance
Searching for word
O, may it soon bloom
The truthful lotus
From underneath this
Barren pond
Through the rest of these broken fingers
I tried to scratch the alphabets
On the wall’s pieces
And the sandpile of fire
All I have to write
are still buried
in dead verses
All I have to say
are still trapped
Inside the drowning
Throat
O, where is the passion
Where are seloka1,
Gurindam2 pantun3
Talibun4 of my nation?
Only the rhythm of dust
Inside broken charcoal
footprints of blood keep stepping
within a freezing soul
The ruins lay shuddered
The leftover of a smoke and fire dance
Seloka wounded, Gurindam bruised
Pantun can not wake up
Talibun is heaped over
by cinders and dust
Here am I
The burning forest and smokes
The city of dust and bones
A wide spread of infinity
Of pieces of dream
That once occurred
The smashed-up couplets
deserted and empty
searching for loads of meanings
as to return to
an integrated soul!
And behind the piles of
The dried years
Behind the dust
and bones
Within the versified deadbodies
On the ruins of dreams
Inside a deep well
Of? the burning tears
I get the feeling
that the fresh words will
soon arrive
the creative words
not the ones
that simply indicates
what has already exists
unlike the word horses
refers to horses on earth
unlike the word roses
refers to roses and their fragrance
but words that create
that appear from a non-existence
that emerge from emptiness
out of these ruins
out of the burnt bruises
out of these cinders and bones
be hurry, find the words!
Before the wheather gets worse
Before El Ni comes
Before La Ni strikes
Before El Dictador returns
My people,
Get yourselves out
of this dictionary of destruction
Search for words
Find a Saying
As once was in the past
When the youngmen
Found a word
In their pledge
1998
(translated by Nikmah Sarjono)
CARI
hamparan
sisa-sisa api
sampiran pecah tanah
perih bebatuan
sedan abu dan ratap pasir
ludah saat
puing-puing diri
koyak-koyak bangunan
menyatu
dalam legam malam
dalam legam siang
aku telah melihat muasal api
sebab abu dan bara ini
jauh sebelum api
sebelum bara dan abu
mencipta hamparan
kelam
aku telah melihat
bibit api dalam
buah air mata
pada lahan yang digusur
dari pemiliknya
pernah kubilang
waspadalah
jangan ikut menanam
bibit api
jangan sampai engkau
dipetik oleh buah
yang menyala
maka kini
lihatlah
pada sisasisa nyala
pada sampiran hangus
tanah lebam ini
pada lidah pasir pecah
dan kelu batuan
pada puingpuing diri
remah bangunan
pada pecah pot
dan tenggelam taman
pada sisasisa sangkur
dalam hangus daging
dan gosong tulang
yang tinggal hanya lengang
hanya larik-larik
yang pecah angan
hanya bait-bait mayit
yang menggamitgamit
mengharap makna
lengang yang mendambakan suara
mengharap ujar
mencari kata
ah semoga cepat datang
teratai sebenar kata
dari hamparan kolam
kersang ini
lewat sisa-sisa jemari
kucoba menggurat aksara
di pecahan tembok
dan unggun pasir
yang ingin kutulis
masih terpendam
dalam bait-bait diam
yang kan kuucap
masih terperangkap
dalam kerongkongan
yang tenggelam
ah mana gairah
mana seloka
gurindam pantun
talibun bangsaku?
hanya irama debu
dalam arang patah
lengang langkah tapak darah
dalam jiwa membeku
puing henyak terbaring
sisa-sisa tari asap dan api
seloka luka gurindam lebam
pantun tak bangun
talibun tertimbun
abu dan asap
jadilah aku
hutan hangus dan asap
kota debu dan tulang
keluasan tanpa batas
dari remah angan
yang pernah ada
sampiran hancur
lengang dan hampa
mencari muatan makna
agar bisa kembali
menyatu berjiwa!
dan di balik timbunan
tahun-tahun tandus
di balik unggun debu
dan tulang
di larik-larik mayit
di puing angan
di kedalaman gosong
air mata
aku merasa
serasa bakal datang kata
kata yang segar
kata yang mencipta
bukan kata
sekedar menunjuk
apa yang sudah ada
bukan sebagaimana kata kuda
menunjuk kuda yang ada di bumi
bukan sebagai kata mawar
menunjuk mawar dan harumnya yang ada
tapi kata yang mencipta
yang muncul dari ketiadaan
meloncat dari kekosongan
dari balik puing-puing ini
dari balik gosong nyeri
dari balik abu dan tulang-tulang ini
cepat temukan kata!
sebelum cuaca makin memburuk
sebelum datang lagi El Nino
sebelum datang La Nina
agar tak kembali muncul El Dictador
Wahai bangsaku
keluarlah engkau
dari kamus kehancuran ini
carilah kata
temukan ucapan
sebagaimana dulu
para pemuda menemukan
Kata
dalam sumpah mereka
1998
hamparan
sisa-sisa api
sampiran pecah tanah
perih bebatuan
sedan abu dan ratap pasir
ludah saat
puing-puing diri
koyak-koyak bangunan
menyatu
dalam legam malam
dalam legam siang
aku telah melihat muasal api
sebab abu dan bara ini
jauh sebelum api
sebelum bara dan abu
mencipta hamparan
kelam
aku telah melihat
bibit api dalam
buah air mata
pada lahan yang digusur
dari pemiliknya
pernah kubilang
waspadalah
jangan ikut menanam
bibit api
jangan sampai engkau
dipetik oleh buah
yang menyala
maka kini
lihatlah
pada sisasisa nyala
pada sampiran hangus
tanah lebam ini
pada lidah pasir pecah
dan kelu batuan
pada puingpuing diri
remah bangunan
pada pecah pot
dan tenggelam taman
pada sisasisa sangkur
dalam hangus daging
dan gosong tulang
yang tinggal hanya lengang
hanya larik-larik
yang pecah angan
hanya bait-bait mayit
yang menggamitgamit
mengharap makna
lengang yang mendambakan suara
mengharap ujar
mencari kata
ah semoga cepat datang
teratai sebenar kata
dari hamparan kolam
kersang ini
lewat sisa-sisa jemari
kucoba menggurat aksara
di pecahan tembok
dan unggun pasir
yang ingin kutulis
masih terpendam
dalam bait-bait diam
yang kan kuucap
masih terperangkap
dalam kerongkongan
yang tenggelam
ah mana gairah
mana seloka
gurindam pantun
talibun bangsaku?
hanya irama debu
dalam arang patah
lengang langkah tapak darah
dalam jiwa membeku
puing henyak terbaring
sisa-sisa tari asap dan api
seloka luka gurindam lebam
pantun tak bangun
talibun tertimbun
abu dan asap
jadilah aku
hutan hangus dan asap
kota debu dan tulang
keluasan tanpa batas
dari remah angan
yang pernah ada
sampiran hancur
lengang dan hampa
mencari muatan makna
agar bisa kembali
menyatu berjiwa!
dan di balik timbunan
tahun-tahun tandus
di balik unggun debu
dan tulang
di larik-larik mayit
di puing angan
di kedalaman gosong
air mata
aku merasa
serasa bakal datang kata
kata yang segar
kata yang mencipta
bukan kata
sekedar menunjuk
apa yang sudah ada
bukan sebagaimana kata kuda
menunjuk kuda yang ada di bumi
bukan sebagai kata mawar
menunjuk mawar dan harumnya yang ada
tapi kata yang mencipta
yang muncul dari ketiadaan
meloncat dari kekosongan
dari balik puing-puing ini
dari balik gosong nyeri
dari balik abu dan tulang-tulang ini
cepat temukan kata!
sebelum cuaca makin memburuk
sebelum datang lagi El Nino
sebelum datang La Nina
agar tak kembali muncul El Dictador
Wahai bangsaku
keluarlah engkau
dari kamus kehancuran ini
carilah kata
temukan ucapan
sebagaimana dulu
para pemuda menemukan
Kata
dalam sumpah mereka
1998
Bleeding
I am bleeding today. a black axe lies buried deep in my diary.
breaking open my wednesday blood flows my monday blood flows my
tuesday blood flows my friday blood flows
blood fllows and throbs rushing through the dictionary of my being
everything is convered with blood scarred with deep wounds
my hand body road stars atoms all bleed
I am bleeding today but no one knows the extent of my pain
I shout desolation replies I call silence speaks I ask thorns reply
I sing solitude dances
you send your childrent school you send them year after year
while their hair grows long an their moustache
and pubic hair grows thick
who can translate my pain?
which dictionary knows the right current
not green not yellow not blue not red no colour
the blood splashing inside me is a sea and I am a fish
in a sea pain
corals shell-fish tripangs prawns divers!
we come from the same depth of the same pain
what gnaws me inside it does the same to you
I am walking through my diary today.
I shout I'm torn I mutter I'm feverish
I dream aloud. I am so blood!
if even my shadow touched the ground,
the same ground turned into a clotting blood.
my pain is your pain it is our pain
we come from the same pain.
what tears me inside it is tearing you too
but perhaps you don't knows that. you still don't
translated by Harry Aveling and Sutardji Calzoum Bachri
I am bleeding today. a black axe lies buried deep in my diary.
breaking open my wednesday blood flows my monday blood flows my
tuesday blood flows my friday blood flows
blood fllows and throbs rushing through the dictionary of my being
everything is convered with blood scarred with deep wounds
my hand body road stars atoms all bleed
I am bleeding today but no one knows the extent of my pain
I shout desolation replies I call silence speaks I ask thorns reply
I sing solitude dances
you send your childrent school you send them year after year
while their hair grows long an their moustache
and pubic hair grows thick
who can translate my pain?
which dictionary knows the right current
not green not yellow not blue not red no colour
the blood splashing inside me is a sea and I am a fish
in a sea pain
corals shell-fish tripangs prawns divers!
we come from the same depth of the same pain
what gnaws me inside it does the same to you
I am walking through my diary today.
I shout I'm torn I mutter I'm feverish
I dream aloud. I am so blood!
if even my shadow touched the ground,
the same ground turned into a clotting blood.
my pain is your pain it is our pain
we come from the same pain.
what tears me inside it is tearing you too
but perhaps you don't knows that. you still don't
translated by Harry Aveling and Sutardji Calzoum Bachri
Berdarah
hari ini aku berdarah. kapak hitam menakik almanakku pecahlah rabuku
mengalirlah pecahlah seninku mengalirlah pecahlah selasaku mengalirlah
pecahlah jumatku mengalirlah
darah mengalir dalam denyut dalam debar. darah nyerbu dalam kamus diriku
dalam rongga pustakaku segalanya terdedah untuk darah
segalanya terbuka untuk luka
badan tangan jalan bintang zarah kalian berdarah
hari ini aku berdarah tapi tak satu pun sampai tahu nyeriku
aku berteriak lengang yang menjawab aku bercakap sepi yang
mengucap aku bertanya duri yang menganga aku bernyanyi sunyi yang menari
kau kirim anakanak ke sekolah kau kirim mereka bertahuntahun dalam
kelas sampai tumbuh janggutnya sampai panjang misainya sampai
lebat jembutnya
siapa dapat menterjemahkan perih?
siapa kamus yang tahu arus
tak hijau tak kuning tak biru tak merah tak warna darah mencemplung
dalam diriku membikin laut dan aku ikan dari pedih lautan.
karang kerang tripang udang penyelam kita dari dalam yang sama
dari pedih yang sama apa yang tersayat dalam diriku ada dalam kalian.
hari ini aku berjalan lewat almanakku aku berteriak koyak
aku menggumam demam aku mengingau risau. aku sangat darah! bahkan
kalau hanya bayangku menyentuh tanah kan menggumpal darah!
pedihku pedih kalian pedih kita
kita dari pedih yang sama.
apa yang tersayat dalamku ada dalam kalian.
tapi mungkin kalian tak tahu. masih tak
hari ini aku berdarah. kapak hitam menakik almanakku pecahlah rabuku
mengalirlah pecahlah seninku mengalirlah pecahlah selasaku mengalirlah
pecahlah jumatku mengalirlah
darah mengalir dalam denyut dalam debar. darah nyerbu dalam kamus diriku
dalam rongga pustakaku segalanya terdedah untuk darah
segalanya terbuka untuk luka
badan tangan jalan bintang zarah kalian berdarah
hari ini aku berdarah tapi tak satu pun sampai tahu nyeriku
aku berteriak lengang yang menjawab aku bercakap sepi yang
mengucap aku bertanya duri yang menganga aku bernyanyi sunyi yang menari
kau kirim anakanak ke sekolah kau kirim mereka bertahuntahun dalam
kelas sampai tumbuh janggutnya sampai panjang misainya sampai
lebat jembutnya
siapa dapat menterjemahkan perih?
siapa kamus yang tahu arus
tak hijau tak kuning tak biru tak merah tak warna darah mencemplung
dalam diriku membikin laut dan aku ikan dari pedih lautan.
karang kerang tripang udang penyelam kita dari dalam yang sama
dari pedih yang sama apa yang tersayat dalam diriku ada dalam kalian.
hari ini aku berjalan lewat almanakku aku berteriak koyak
aku menggumam demam aku mengingau risau. aku sangat darah! bahkan
kalau hanya bayangku menyentuh tanah kan menggumpal darah!
pedihku pedih kalian pedih kita
kita dari pedih yang sama.
apa yang tersayat dalamku ada dalam kalian.
tapi mungkin kalian tak tahu. masih tak
0 comments:
Post a Comment